Selasa, 16 November 2010

kalimantan cuy


ini adalah hasil liputan gw waktu muter-muter kaltim, ke balikpapan, samarinda, sanga-sanga, tenggarong. melewati hutan, lihat sisa-sisa penambangan batubara, mana bersih banget jalanannya (balikpapan n tenggarong). satu kata buat kalimantan, ASIK!!!

just cekidot...

Jejak-Jejak Sejarah di Kalimantan Timur

Teks & foto: Ratih Kusumawanti

Tidak banyak warga Manggar, Balikpapan Timur, Kalimantan Timur, mengetahui keberadaan bunker-bunker yang berdiri di depan halaman rumah mereka. Padahal, keberadaan benda peninggalan tentara Jepang itu telah menjadi bagian dari sejarah bangsa.

Tidak hanya bunker Jepang, banyak lagi benda-benda sejarah tersebar di Kalimantan Timur. Sebut saja, Tugu Australia, meriam Jepang, sumur minyak Mathilda, Masjid Sirathal Mustaqiem, Masjid Hasanudin, situs makam raja-raja, Palagan Sanga-Sanga, rumah penjara peninggalan Belanda, gedung Putri Junjung Buyah, serta Museum Perjuangan Merah Putih, Museum Mulawarman dan Museum Tanjung Pura Kodam VI.

Agar obyek-obyek bersejarah tersebut tidak hilang termakan jaman, maka Direktorat Nilai Sejarah Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata melakukan kegiatan Publikasi Kesejarahan di Propinsi Kalimantan Timur, pada 10-13 November 2010. Dalam kegiatan ini, juga melibatkan para wartawan dari berbagai media massa. Kehadiran insan jurnalis pun turut membantu kegiatan tersebut.

Seperti diungkapkan Direktur Nilai Sejarah Kemenbudpar, Shabri Aliaman, membicarakan sejarah tanpa adanya penyiaran, tidak ada artinya karena apa yang diekspose akan memunculkan benang merah antara dulu dan sekarang. “Harapan kami, dengan adanya publikasi ini bisa merangsang dunia pendidikan dan membuat banyak orang berkunjung ke Kalimantan Timur,” tambahnya.

Hari pertama, para peserta diajak melihat Tugu Australia, sumur minyak Mathilda, bunker dan meriam Jepang, serta mengunjungi Museum Tanjung Pura Kodam VI. Tugu Australia adalah monumen yang dibangun tahun 1992. Bangunan itu merupakan tugu peringatan kemenangan pasukan Australia melawan tentara Jepang. Setiap tanggal 10 Mei, tentara Australia memperingatinya dengan melakukan upacara di tugu yang terletak di jalan Yos Sudarso, Balikpapan.

Sementara, sumur minyak Mathilda, cikal bakal sumur bor Pertamina ini, merupakan satu dari sembilan sumur yang masih produktif. Ditemukan pada 10 Februari 1897, sumur ini memiliki kedalaman 222 meter. Tanggal penemuan sumur minyak itu sekaligus dijadikan hari jadi Kota Balikpapan. Lalu, bunker Jepang. Terletak di sebelah timur Kota Balikpapan, daerah ini memiliki sekitar 20 bunker pada masa penjajahan Jepang.

Perjalanan terus berlanjut. Di hari kedua, menuju Masjid Sirathal Mustaqiem dan Makam Daeng Mangkona. Masjid tertua di Kalimantan Timur ini, terlihat mempesona dan meneduhkan mata. Terdapat keunikan dari masjid yang dibangun tahun 1881 dan baru selesai di tahun 1891, yakni seluruh bangunannya terbuat dari kayu ulin. Sampai sekarang masjid ini tidak diubah, masih sama dengan bentuk asli saat didirikan. Setelah puas menyusuri obyek sejarah di kawasan Samarinda Seberang ini, peserta diajak ke makam Daeng Mangkona. Makam tersebut merupakan salah satu obyek wisata ziarah. Jika hari-hari besar Islam dan hari jadi Kota Samarinda, komplek pemakaman di jalan Mas Penghulu, Samarinda Seberang, selalu ramai dikunjungi peziarah.

Menginjak hari ketiga, rombongan menelusuri wilayah Kutai Lama. Di sini ada tiga makam, dua dari tiga maka itu tercatat nama Sultan Aji Dilangga dan Sultan Aji Raja Mahkota. Lalu, 150 meter sebelah barat laut kedua makam tersebut, tersimpan makam Tunggang Parangan. Selepas singgah ke situs pemakaman sultan, para peserta bergegas menuju Palagan Sanga-Sanga. Palagan Sanga-Sanga adalah nama sebuah monumen. Dibangun tahun 2002, monumen ini dibuat untuk mengenang peristiwa heroic perjuangan rakyat Sanga-Sanga pada 27 Januari 1947.

Tepat di depan Palagan Sanga-Sanga, Kecamatan Sanga-Sanga, Kabupaten Kutai Kartanegara, berdiri Museum Perjuangan Merah Putih. Tempat ini menyimpan berbagai macam bukti sejarah perjuangan masyarakat Sanga-Sanga, seperti foto-foto, diorama, kerangka kapal, mobil jeep, dan masih banyak lagi. Tidak diduga, seorang mantan pejuang ikut menemani para peserta. Paiman Sidin, seorang pejuang veteran ini pun tidak sungkan membagi kisah perjuangannya selama menjalani pertempuran dengan penjajah di Sanga-Sanga.

Beralih ke rumah penjara Belanda. Bentuk bangunan itu rumah panggung, didirikan pada masa awal periode NIIHM (Nederlandsch indische Industrie en Handel Maatschappij), periode 1897-1905. Masih di sekitar Sanga-Sanga, berdiri Monumen Perjuangan Peristiwa Merah Putih.

Di hari terakhir, perjalanan menapaki sejarah Kalimantan Timur harus berakhir di Tenggarong. Rombongan menyempatkan diri singgah di makam Sultan Alimuddin atau masyarakat sekitar biasa menyebutnya makam Kelambu Kuning. Hanya sebentar di tempat tersebut, gedung Putri Junjung Buyah menjadi tujuan berikutnya. Saat pemerintahan Belanda atau sekitar tahun 1930-an, gedung itu berfungsi sebagai bioskop. Namun, sekarang bangunan ini beralih fungsi dan sering digunakan untuk acara resepsi pernikahan. Bersebelahan dengan gedung Putri Junjung Buyah, berdiri kedaton dan Masjid Hasanudin.

Kemudian, tibalah di Museum Mulawarman. Berbagai koleksi kerajaan, hingga kumpulan arca dan prasasti tersimpan rapih di museum ini. Di belakang museum, terdapat komplek makam Raja Kutai Kartanegara. Jadi, inilah Kalimantan Timur. Dibalik keindahan alam hijau yang menghampar sejauh mata memandang, tersimpan cerita panjang perjalanan suatu bangsa. Selamanya, sejarah itu akan terus berkisah.